Pachisi Court
Sebuah lapangan luas yang dilantainya masih terlihat
samar bekas garis-garis kotak papan
permaian ukuran raksasa. Mungkin kita mengenalnya permainan ini dengan nama
Ludo sekarang. Konon permaianan ini dahulu oleh Kaisar dan keluarganya
dimainkan dengan memakai manusia sebagai bidaknya. Dalam cerita drama seri
Jodha Akbar permainan ini diganti menjadi permaian Catur. Tetap memakai manusia
sebagai bidak akan tetapi dimainkan dalam ruangan bukan dilapangan
terbuka.
Panch Mahal
Kami mengikuti langkah Imam-saab ke bagian kanan lapangan
dan terlihat berdiri disana Panch Mahal. Bangunan 5 lantai terbuka tanpa tembok
ditopang oleh banyak pilar. Semakin keatas bangunan mengecil membentuk mirip piramida.
Bagian paling atasnya dihias Kubah Chhatri mirip dengan yang menghias Diwan-i-Khas.
Dahulu sisi luar bangunan ini dikelilingi tembok batu yang dibolong-bolongi
(Jali screen). Bangunan ini dipakai para Ratu-ratu Utama dan anak-anaknya untuk
bersantai dan bermain.
Anoop Talao (Anoop = laguna & Talao= kolam)
Sebuah kolam segi empat yang bagian tengahnya terdapat
semacam panggung yang dikelilingi balustrade dan dihubungkan dengan 4 jembatan
kecil yang membelah lokam tersebut menjadi 4 bagian. Kolam ini menurut
Imam-saab sering dipakai Shahenshah Akbar dan keluarganya duduk-duduk
bercengkarama. Letaknya tak jauh diseberang depan Khwabgah (Rumah Mimpi) yang
adalah kediaman pribadi Shahenshah Akbar. Imam-saab menceritakan ada
seorang pengelana yang mencatat dijaman dahulu Shahenshah Akbar mengisi kolam ini
dengan uang koin emas, perak dan tembaga. Bisa kita bayangkan betapa indah
pantulan kemilau cahaya matahari yang terpancarkan dari kola mini. Dari waktu
ke waktu koin-koin dalam kolam ini akan disumbangkan ke fakir miskin.
Hujra-i-Anup Talao
Kami lalu menuju kesebelah kiri kolam, memasuki
bangunan yang diperkirakan sebagai kediaman salah seorang istri Shahenshah
Akbar yang Muslim. Tetapi menurut Imam-saab pendapat ini ditentang karena ukurannya
yang terlalu kecil untuk ukuran seorang Ratu.
Khwabgah (Rumah Mimpi)
Imam-saab mengajak kami berjalan kearah kanan
menyeberangi Anoop Talao. Kami memasuki komplek bangunan yang didahului beranda yang
ditopang pilar-pilar. Inilah kediaman
dan kamar tidur pribadi Shahenshah Jalaludin Muhammad Akbar. Tembok-temboknya
yang tebal dan kokoh dibangun berlapis-lapis dengan bahan batu alam yang paling
keras. Semua dimaksudkan untuk melindungi Shahenshah dari bahaya gempuran meriam
musuh. Surprisingly kediaman pribadi Shahenshahr Akbar terlihat lebih simple
tak banyak ornamen. Inner sanctum sang Shahenshah Jalaludin Muhammad Akbar/ pembaringannya berbentuk seperti panggung, yang ditopang 4 pilar yang terbuat
dari batu alam yang sama dengan temboknya. Menurut Imam-saab dengan posisi
tidur jauh diatas dan tertutup tirai, Kaisar medapatkan banyak privasi. Tak seorangpun bisa melihat apakah ia ada
terbaring disana? Tujuan utama agar musuh tak mudah melancarkan serangan
mendadak. Dinding sisi kanan kamar tersambung dengan selasar yang tak bisa
dilihat dari luar. Disisi kanan-kiri
selasar terdapat kolom-kolom penyanggah. Selasar ini dahulu juga tertutup
tembok yang mungkin salah satunya berbentuk
Jali Screen. Menurut cerita selasar itu hanya boleh dilalui Kaisar, jika
ingin mengunjungi istri tercintanya Mariam Uz Zamani. Hemmm kali ini kami lah
akan melalui jalan tersebut. Tetapi diujung kiri selasar itu kami tak dapat
melanjutkan perjalanan karena bagian jalan rahasia sudah ditutup tembok. Bagian
sejarah yang ini memperkuat bahwa, pengaruh besar dari istrinya yang beragama
Hindu tersebut bukanlah isapan jempol belaka.
Mariam-uz-Zamani
Kami berhenti sejenak dipelataran. Imam-saab
akan menceritakan kisah tentang kehebatan Mariam Uz Zamani. Ia adalah Ratu Utama
dari Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar yang melahirkan putra mahkotanya. Putri
dari Raja Bharmal Kerajaan Amer di Rajput, yang memiliki nama Heer Kunwari/Hira
Kunwari atau Harka Bai, (Lahir 1 Oktober 1542 – Wafat 19 May 1623). Dijaman itu
nama lahir seorang wanita tak begitu dianggap penting, hal ini terlihat dari
catatan sejarah nama asli Mariam Uz Zamani hampir tidak pernah dituliskan. Gelar
yang disandangnya adalah gelar paling istimewa yang pernah diberikan kepada
seorang Ratu. Sejak ia mendapatkan gelar Mariam Uz Zamani, maka semua dokumen
resmi dan catatan sejarah menuliskan namanya dengan gelar tersebut. Sejarawan sulit melacak nama aslinya. Mariam Uz Zamani satu-satunya istri Shahenshah
yang diperkenankan untuk mempertahankan agamanya. Ia memiliki Kuil pribadi di
dalam istana. Seorang wanita
yang terkenal pintar dan bijaksana serta paling disayangi oleh Shahenshah. Oleh
karenanya ia pun mendapat satu gelar istimewa lagi “Wali Nimat Begum” yang
artinya “Anugrah Tuhan”. Bhagwan Das
(kakak tertua Mariam Uz Zamani) dan kemenakannya yang bernama Raja Man Singh adalah
salah seorang dari 9 Menteri Utama
Kekaisaran.
Banyak orang yang meremehkan peran Mariam Uz Zamani,
Permaisuri tercinta dari Shahenshah Jalaluddin Muhmammad Akbar. Jika ia bukan istri dan Ratu kesayangan yang amat
dipercaya, maka untuk apa semua keistimewaan itu? Begitu banyak pengaruh
kebudayaan sang istri, sehingga sejarah mencatat salah seorang anaknya yang
bernama Daniyal dikirim ke mertuanya di Kerajaan Amer untuk didik oleh Maharani
Meinawati istri Raja Bharmal.
Mariam Uz Zamani memiliki hak-hak istimewa selain
kedudukannya sebagai Permaisuri, ia lah satu-satunya Ratu yang aktif melakukan
perdagangan keluar negeri, memiliki kapal dagang, mengurus perjalanan Haji
rakyatnya, banyak menyumbang untuk kemajuan kaum wanita, dan memiliki hak
mengeluarkan dekrit yang disyahkan tempel pribadinya. Ia bahkan
memimpin sejumlah 12000 pasukan dibawah komandonya. Pernikahan Shahenshah
dengan Mariam Uz Zamani membawa kekaisaran Mughal kedalam konsolidasi politik tertinggi
yang kuat dengan Raja-Raja Rajput, melalui dukungan ayah mertuanya Raja Bharmal dan
Kakak tertuanya Bhagwan Das dari Amer.
Istana Mariam Uz Zamani
Kami pun kembali berjalan dan mendekati Gerbang
istana. Imam-saab menerangkan mengenai arsitektur Istana Mariam Uz Zamani. The building
it self and it’s floor plan speaks volume. Pada bangunannya terasa pengaruh
budaya Gujarat ujar Imam-saab. Kami pun
melanjutkan berjalan belok ke kanan, menuju pelataran luar dari
gerbang masuk Istana Mariam Uz Zamani. Istana Mariam Uz Zamani dikelilingi tembok
tinggi yang kokoh, terbuat dari batu alam yang sama dengan kediaman pribadi Shahenshah
Akbar. Dibagian façade gerbang terlihat ukiran-ukiran dan terdapat dua tempat penjagaan
di kanan dan kiri. Bagian atas façade terdapat 2 balkon simetrikal, yang diatapnya
berdiri 2 Chhatris (menara kecil beratap kubah, yang merupakan elemen arsitektur
khas Rajastan).
Kami berjalan melalui gerbang dan memasuki bagian
dalam istana. Kompleks istana ini dahulunya diperuntukan Mariam Uz Zamani. Tata
letak bangunannya memberikan kesan bagian kompleks ini sangat terlindung. Dihadapan
kami sebuah lapangan luas dengan bangunan dua lantai yang mengelilinginya. Dihadapan
seberang kami adalah bangunan dimana dahulu adalah Kuil Pribadi Mariam Uz
Zamani. Kedua bangunan disisi kanan dan
kiri adalah kediaman pribadi Mariam Uz Zamani. Sisi kanan diperuntukan kediaman
dimusim dingin dan kiri untuk kediaman saat musim panas. Kuil pribadi Mariam Uz Zamani sudah tak ada
lagi patung Dewa Krishna ataupun hiasan altarnya. Yang tersisa hanya altar kosong,
dengan tembok yang masih ada lubang tempat menaruh perlengkapan
ritual agama Hindu dan patung Dewa Krisna. Menurut Imam-saab ukiran
dilubang-lubang tersebut sama dengan yang ditemui pada kuil Hindu dijamannya.
Naubat Khana, Kediaman Raja Birbal, dll
Sebenarnya Fatehpur Sikri masih banyak menyimpan
“hidden gems” lainnya, sayang kami tidak sempat mengunjungi dikarenakan
keterbatasan waktu. Akan tetapi guide kami Imam-saab sempat menuturkan cerita
dari bangunan2 lain itu seperti:
Masjid Jama Fatehpur Sikri yang kemungkinan adalah
bangunan pertama yang dibangun disana. Bergaya arsitektur mesjid-mesjid India
dan dihias marmer. Memiliki halaman yang luas dan gerbang Buland Darwasa yang
menjulang tinggi. Buland Darwasa atau gerbang kemenangan, dibangun
Shahenshah atas kemenangan-kemenangan perangnya Gujarat. Bangunan megah
setinggi 55 meter bergaya arsitektur khas Mughal. Lalu masih didalam komples Mesjid ada Makam Sheik
Salim Chisti, seorang ulama Sufi terkenal yang menjadi guru spiritual Shahenshah.
Sebagai penghormatan Shahenshah kepadanya, maka ketika Putra Mahkota yang amat
ditunggu-tunggunya itu lahir ia diberikan nama Salim. Bangunan makam dbuat secara
keseluruhan dari marmer dan ‘inlay’ terbuat dari kulit kerang mutiara. Lalu ada
Naubat Kana. Terletak selatan kompleks Istana Fatehpur Sikri didepan Hathi Pol
atau Gerbang Gajah. Kediaman Raja Birbal: Raja Birbal adalah menteri
kepercayaan dan paling di sayangi oleh Shahenshah. Birbal dikenal sebagai seorang yang cerdik
dan bijaksana. Ia adalah seorang yang menganut agama Hindu. Seperti halnya juga
Raja Maan Singh, Bhagwan Das dan Todar Mal. Bangunannya bergaya ‘Chajjas’ atau
mendatar/horisontal. Saat tertimpa sinar matahari maka bayangan yang jatuh
adalah mencuat dari bawah ke atas seperti grafik naik.
Waktu sudah menunjukkan saat Shalat Jumat bagi
Imam-saab dan kami pun bergegas meninggalkan kompleks istana. Diluar gerbang
minibus listrik telah menanti. Kami merasa amat terkesan dengan keramahan dan
penuturan sejarah yang disampaikan Imam-saab.
“Baby Taj”
Setelah makan siang perjalanan pun dilanjutkan dengan
ditemani guide utama kami Sanjay Kumar Khumar-saab, seorang Doktor dibidang
sejarah. Sanjay Kumar-saab memulai ceritanya selama perjalanan singkat ke
bangunan Tomb of I'timād-ud-Daulah. Sebuah moseleum yang dibangun atas perintah
Nur Jahan untuk Mirza Ghiyas Beg ayahnya. Nur Jahan adalah istri
kesayangan Jahangir (Salim) yang memilki darah Emir dari Persia. Ayahnya melarikan diri dari sana karena alasan
politik dan kemudian diberikan gelar I'timād-ud-Daulah (pilar negara) oleh Jahangir.
Nur Jahan (Cahaya Dunia) adalah gelar yang diberikan Jahangir kepadanya. Ia
terlahir dengan nama Mehr-un-Nisaa. Nur Jahan adalah Bibi dari Mum Taz,
istri kesayangan dari Shah Jahan, yang membangun Taj Mahal.
I'timād-ud-Daulah bangunan makam yang berarsitektur
Mughal. Terletak ditepian sungai Yamuna, masih di wilayah Agra dibangun 1622 -
1628. Menurut Sanjay Kumar-saab makam
ini sering disebut sebagai "Jewel box" atau “Kotak Perhiasan”, bahkan
sering pula dikenal dengan nama "Baby Tāj"
Kendaraan stop sejenak agar kami bisa memandangi
keindahan bangunan I'timād-ud-Daulah dari seberang sungai Yamuna. Sungainya
sendiri terlihat relatif bersih walaupun airnya keruh tercampur erosi tanah.
Menyeberangi jembatan dari kendaraan kami masih terus dapat memandang kearah I’timad-ud-Daulah sambil menikmati indahnya pantulan cahaya matahari senja
diatas sungai. Diujung jembatan kami berbelok ke kiri dan memasuki halaman luar
I'timād-ud-Daulah. Di halaman luar kami disuguhi “sneak peek” bagaimana nanti
megahnya arsitektur gerbang utama Taj Mahal yang akan kami kunjungi besok pagi.
Bagian façade Gerbang Utama I'timād-ud-Daulah didominasi Red Sand Stone dengan
3 ‘arch’ lengkungan ditengah.
Sanjay Kumar-saab menerangkan bahwa para ahli
menyimpulkan I'timād-ud-Daulah adalah bangunan yang arsitekturnya menjadi
awal peralihan ciri bangunan Mughal, yang selama ini di dominasi pemakaian Red
sand stone menjadi Marmer Putih berhias ‘inlay’ pietra dura. Sama halnya
dengan bangunan Mughal lainnya maka I'timād-ud-Daulah juga sangat memegang
teguh filosofi simetris. Hanya satu elemen yang asimetris dari bangunan ini.
Hal itu adalah penempatan batu sarkofagus Ibunda dari Nur Jahan yang dimakamkan
belakangan setelah ayahnya. Satu hal yang menjadikan kita yakin bahwa bangunan
ini dijadikan semacam acuan bagi Taj Mahal nanti. I'timād-ud-Daulah ini
dianggap sebagai cikal bakal bangunan Taj Mahal yang maha megah itu. Peralihan
dari gaya arsitektur Mughal pada Makam Raja Humayun (ayah dari Shahenshah
Jalaluddin Muhammad Akbar) di Delhi dan Makam Shahenshah Akbar sendiri di
Sikandra, yang kemudian pada akhirnya terciptanya maha karya arsitektur Mughal
yang kita kenal dengan nama Taj Mahal.
Kami melangkah melewati bangunan gerbang. Mata kami
pun langsung disuguhi pemandangan indah kebun khas gaya Persia. Design kebun geometris
bersilang-silang yang tersekat-sekat oleh aliran air kolam dan jalan setapak. Luas
bangunan makam besarnya kira-kira hanya 23m persegi ditutupi Mamer putih Rajastan. Inkya dihias batu Lapiz Lazuli, Onyx,
Topaz, Jasper dan Cornelia. Semua batu-batu tadi juga dipakai di Taj Mahal. Bangunan
makam ini berbentuk persegi empat dan pada keempat sudutnya menjulang menara yang
bagian bawahnya hexagonal dan atas bulat setinggi 13 meter. Bagian atas menara
berbentuk kubah gaya Chhatris seperti yang kita temukan di Fatehpur Sikri. Dibagian
tengah atas atap luar terdapat satu kubah utama. Sumber cahaya masuk lewat tembok
marmer yang dilubang-lubangi (Jali Screen) dengan motif dua bintang menyatu.
Sebuah design yang secara sepintas mirip Star of David bangsa Yahudi, akan
tetapi jika dilihat seksama adalah 2 bintang yang disatukan (interlocking
stars). Design hiasan didominasi vas dengan buket bunga, gambar pohon Cypress
(sejenis phon cemara), botol-botol minuman anggur.
Berjalan lurus melewati kebun maka kita akan sampai
dibangunan serba merah, dihias gambar botol-botol anggur ditembok eksteriornya. Dari balkonnya kita dapat menikmati keindahan Sungai Yamuna yang
bermandikan pantulan cahaya matahari menjelang senja. Diseberang kiri
tampak matahari diufuk barat tepat diatas jembatan sungai Yamuna. Such as
romantic place built as a tomb. Sebelum matahari terbenam kami pun
meninggalkan I'timād-ud-Daulah. Esok pagi sebuah kemegahan maha karya arsitektur Kekaisaran Mughal
menanti kedatangan kami. How exciting.
Hari terakhir Kunjungan di India
Bagi kebanyakan orang Taj Mahal adalah “La Pièce de
résistance” kunjungan wisata yang tak boleh terlewatkan. Oleh
karenanya guide kami menempatkannya dihari terakhir.
Setelah berkemas koper kami memutuskan untuk mencoba
fasilitas Spa di hotel. Kami pun
terkejut menemukan kata-kata Balinese deep tissue massage. Hemm ternyata ada
satu lagi hal yang terkenal tentang Indonesia diluar negeri.
Bangun pagi ini terasa malas, masih
ingin lebih lama di Agra mendatangi tempat-tempat bersejarah lainnya. Masih belum sempat melihat makam Kaisar Mughal, yang seorang kesatria tangguh
dan pembawa perubahan besar, Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar. Lalu
tentunya makam Mariam Uz Zamani permaisuri
belahan jiwa sang Shahenshah. Bahkan kompleks Fatehpur Sikri sendiri belum lengkap kami telusuri. Apa
daya waktu cuti yang terbatas mengharuskan kami pulang tepat waktu.
All our bags are packed and early checked out are
done. Now we are ready to explore Taj Mahal. Kedua Sanjay-saab telah menanti
kami di lobby hotel. Sanjay Gupta-saab sopir kami dan Sanjay Kumar Sukhla-saab
guide kami yang seorang Doktor Ilmu Sejarah.
La Pièce de résistance
Pagi dimulai dengan pengantar dari Sanjay
Kumar-saab, agar kami berhati-hati disana karena jumlah turis yang masuk akan
jauh lebih banyak dibanding Faterpur Sikri. Sanjay-saab bercerita Taj Mahal (Mahkota
Istana) mulai dibangun tahun 1632 untuk Makam
Mum Taz Mahal (Permata Istana Kerajaan)
istri tercinta belahan jiwa Shah Jahan. Mum Taz terlahir dengan nama
Arjumand Banu Begum. Berdarah kebangsawanan Persia, masih keponakan
dari Permaisuri Nur Jehan isri dari Kaisar Jahangir. Mum Taz meninggal pada usia 38 tahun setelah
melahirkan anak ke 14 nya. Taj Mahal dibangun oleh Kaisar Mughal Shah Jahan (terlahir
dengan Pangeran Khurram, putra kesayangan yang menggantikan Jahangi).
Pangeran Khurram terlahir dari istri Jahangir yang bernama Manmati (bergelar
Bilquis Makani). Seorang Hindu dan Putri Kerajaan Marwar Rajpur. Nama Khurram
diberikan langsung oleh Kaisar Akbar saat ia lahir.
Pembangunan Taj Mahal memakan waktu lebih dari 20
tahun (1632 – 1653). Menggunakan 20 ribu seniman ahli ukir dan ahli
bangunanan yang kebanyakan dibawa dari Persia. Gaya arsitektur Mughal yang
menggabungkan elemen Islam, Persia, Turki Ottaman, Hindu, India. Pembangunannya
yang masif hampir menguras habis uang kas Kekaisaran. Pangeran Aurangzeb
geram dan mengkudeta lalu memenjarakan ayahnya itu di salah menara di Agra
Fort. Sisa hidupnya dihabiskan memandang dari jendela
kearah seberang Sungai Yamuna, dimana Taj Mahal berdiri. Monumen super megah
pernyataan cinta abadi seorang Kaisar kepada istrinya.
Mobil melaju pergi meninggalkan hotel menembus
keramaian dalam kota Agra. Tak lama kemudian kami tiba di mulut jalan akses
masuk ke kompleks Taj Mahal. Melanjutkan berjalan kaki sekitar 1 Km
kedalam kompleks. Kami berjalan kaki yang ternyata cukup merepotkan karena mata harus jeli menghindari
kotoran sapi dan unta. Jalur antrian terbagi dua, satu
jalur untuk turis asing (fast forward tickets) dan satu lagi turis domestic
yang panjang antriannya. Kemudian kita melewati metal detector gate dan
satu lagi check point pemeriksaan tas. Penjagaan disekeliling kompleks sangat
ketat begitupun check point pmeriksaan tas. Mereka tak mau ambil resiko dari
gangguan tak terduga orang-orang yang berniat jahat. Apalagi Taj Mahal adalah
situs bangunan sejarah yang termasuk dalam 7 Keajaiban Dunia yang dilindungi
Unesco.
The Great gate (Darwaza-i rauza)
Selesai melewati antrian kami mengarah ke halaman dekat bazaar. Gerbang
Utama amat megah didominasi bukan hanya oleh Red sandstone tetapi juga marmer
putih. Semacam intro dari kemegahan yang akan kami saksikan segera. Bentuknya
hampir mirip dengan gerbang utama di I'timād-ud-Daulah (Baby Taj) di Agra
kemarin. Akan tetapi yang satu ini dalam skala jauh lebih besar dan megah. Gaya
arsitektur terindah kaum Mughal dengan pintu-pintu ‘pointed arch’ (lengkung
berujung lancip) menjulang tinggi. Disana sini dihias penuh oleh Marmer Putih
dan ‘inlay’ semi precious stones. Sebuah simbol transisi dari alam nyata (duniawi)
ke alam spiritual. Lagi lagi bangunan di hias menara. Sebuah caligraphy besar terbentang di tengah
atas gerbang bertuliskan ayat Quran yang dibuat dengan teknik ‘inlay’. Menurut
penuturan Sanjay Kumar-saab arti tulisannya "O Soul, thou art at rest.
Return to the Lord at peace with Him, and He at peace with you." Terjemahkan bebas sbb: “Wahai kau jiwa, beristirahatlah. Kembalilah kepada
Nya (Tuhan mu) dengan damai, maka Ia pun berdamai dengan mu”.
Kemudian Sanjay-saab mengajak kami memasuki
gerbang dan “lo and behold” sebuah pemandangan menakjubkan. Kami
terhentak diam ditempat dan berhenti bernafas sedetik. Terkagum memandang Taj Mahal sedemikian besarnya. Kami masih harus berjalan lagi sekitar 200 meter sebelum bisa menginjakan kaki di anak tangga berandanya. Sinar matahari
pagi hari dankabut tipis yang masih menyelimuti membuat Marmer putih di
eksterior Taj Mahal memantulkan warna putih nan lembut. Walaupun ribuan orang
ada disana akan tetapi semua mata memandang kesatu arah yaitu ke Taj Mahal.
Aura keheningan dan kemegahan disertai cerita latar belakang yang epik membuat
semua suara disana terasa hilang. Jika
saya diminta menggambarkan dalam kata-kata, maka saya akan memakai analogi seseorang
yang sedang duduk mengenakan ‘noice canceling earphones’ menikmati irama music
magis. Dibawah
kami terbentang taman luas dan ‘Reflection Pool’ (kolam pantulan cahaya) memanjang sampai dekat kaki beranda utama Taj. Diwaktu tertentu
saat cahaya matahari persis jatuh dimuka Taj Mahal, maka bayangannya bisa kita
lihat memantul dikolam. Setelah terpukau
sejenak kami pun disadarkan kembali oleh suara panggilan Sanjay Kumar-saab yang
mengajak lanjutkan berjalan dan berfoto.
Mausoleum (Rauza-i munauwara)
Puas befoto-foto maka kami terus berjalan mendekati anak tangga
beranda bangunan utama Taj Mahal. Sepatu harus dibungkus kantung kain untuk melindungi lantai marmer.
Kemudian menaiki anak tangga yang membawa kami ke beranda berlantai
marmer. Lagi-lagi disini ada 2 antrian. Satu yang fast forward turis asing
dan satu lagi untuk antrian panjang turis lokal. Sambil menikmati bangunan Makam Taj Mahal
dari beranda, Sanjay Kumar-saab lanjut bercerita tentang filosofi arsitektur
Mughal yang berlandaskan simetri (pengaruh nenek moyang mereka yang Persia). Bangunan
utama terbagi atas 3 bagian: bagian dasar yang menjadi beranda yang
mengelilingi bangunan utama, lalu bangunan utama ‘Tomb’ dan 4 menara. Bangunan Rauza-i munauwara terbungkus batu
marmer putih dari lantai sampai ke kubah dan menara. Keempat menara ini dibuat
sedemikian rupa berdiri dengan sudut kemiringan sedikit menjauh kearah luar bangunan
utama. Hal ini dimaksud apabila suatu saat terjadi gempa dan menara runtuh maka
arah jatuhnya akan menjauhi bangunan utama. Sanjay Kumar-saab lanjut
menerangkan beberapa caligraphy yang tertulis di pintu masuk ke ‘inner sanctum’
Rauza-i munauwara.
Kaligraphi di Taj Mahal
Dikeseluruhan eksterior Taj Mahal dihias kaligraphi yang
diambil dari ayat-ayat Al Quran. Semua dibuat dengan teknik ‘inlay’ yang mengunakan
marmer hitam dan batu Jasper. Kaligraphi diatas pintu gerbang utama berbicara
tentang memasuki surga yang damai. Maka semakin kedalam bunyi ayat-ayat berangsur berubah. Ketika kita sampai di pintu
utama makam yang bercerita tentang ancaman neraka bagi mereka yang tak beriman
kepada Hari Akhir. Menurut Sanjay-saab disarkofagus Mum Taz ayang dilantai
basement ada tertuliskan 99 Nama Baik Allah diukir dalam kaligraphi yang indah.
Semua hiasan di Taj Mahal mengikuti hukum Islam yang
melarang adanya penggambaran binatang atau manusia. Oleh karena motif
bunga-bunga dan tanaman mendominasi dan juga kaligraphi. Menurut para ahli
sejarah kaligrafi ini dipilih dan dibuat oleh
Abd-ul-Haq seorang ahli kaligrafi yang diberi gelar Amanat Khan Sharizi
oleh Shah Jahan. Ayat-ayat yang diambil adalah:
Surat Ya Sin:36 (Maha Suci Allah menciptakan semua
berpasang-pasangan), Surat Az-Zumar:39 (Rombongan), Surat Al-Fatihah:48 (Kemenangan), Surat Al-Mulk:67 (Maha Berkat), Surat Al-Mursalat:77
(Dia yang diutus), Surat At-Takwir:88 (Menggulung), Surat Al-Infitar:82 (Bila
langit terbelah), Surat Al-Inshiqaq: 84 (Terbelah), Surat Al-Fajar:89 (Matahari terbit), Surat
Ash-Shams:91 (Matahari), Surat Ad-Dhuha:93 (Cahaya pagi), Surat Al-Inshirah:94 (Kelapangan), Surat At-Tin:95 (Buah Fig),
Surat Al-Bayyinah:98 (Pembuktian) dan Surat Al-Ikhlas:112 (Keesaan Tuhan)
Kita pun berdesakkan tetapi tertib memasuki bagian
dalam makam. Suasana tiba-tiba pun hening. Orang-orang berbicara dengan nada
berbisik disini. Dilarang keras memotret di dalam makam ini dan penjagaan semakin ketat. Memasuki pintu beberapa
langkah kita terhenti, didepan kita ada lubang dengan tangga ke ruang bawah
tanah. Ini adalah
jalan masuk sarkafagus asli Mum Taz Mahal dan Shah Jahan. Sanjay-saab
bilang kepercayaan melarang manusia yang masih hidup berjalan langsung
melangkahi sebuah makam. Makanya sarkafagus asli keduanya berada dilantai bawah
tanah terlindungi. Kita terus antri melewati pintu kecil yang membawa kita ke ‘inner
sanctum’ atau sarkofagus (batu pusara). Pusara Mum Taz Mahal
tepat berada di garis tengah bangunan dan disamping kanannya (melenceng dari
filosofi arsitektur yang ketat mengikuti simetri tata letak) adalah pusara
suami tercintanya yaitu Shah Jahan.
Kedua sarkofagus mereka dikelilingi tembok marmer yang dilubang-lubangi
(Jali Screen). Kita hanya bisa mengintip saja sarkofasgus yang dihias batu
marmer putih sederhana. Saya sempat memotret asal jerpret dengan camera Hp yang
dimatikan suara dan lampu kilatnya. Tetapi hasilnya tak bisa maksimal.
Kubah Maha Karya Arsitektur Mughal
Sanjay-saab mengajak kita berhenti dan menepi di dalam
makam dan memandang keatas. Maka tampaklah hasil maha karya aristektur Mughal.
Tak banyak orang memperhatikan bagian ini. Karena mereka asyik dengan pusara
pasangan abadi ini. Bagian dalam (lapis kedua) dari ‘double dome’ atau kubah di
dalam kubah (sering disebut dengan Kubah Bawang karena bentuk luarnya) yang menghias bagian tengah atap inner sanctum
Taj Mahal. Sebuah teknik bangunan yang merupakan titik kulminasi maha karya
arsitektur Mughal. Bagi saya pribadi cungkup
kubah yang terbuat dari marmer adalah bangunan paling spektakuler dari
keseluruhan bangunan di Taj Mahal ini. Tinggi keseluruhan kubah ini sama dengan
lebar bagian dasar bangunannya sendiri yaitu 35 meter. Tingginya bagian tengah
dalam yang menjulang 7 meter keatas berbentuk silindris. Bagian dalam kubah
dihias gabungan dekorasi gaya tradisional Hindu dan Islam.
Beranjak keluar bangunan utama kami menikmati pemadangan
spektakuler betapa luas dan indahnya kompleks makam ini. Dari beranda belakang
bangunan utama kita bisa menikmati indahnya sungai Yamuna dan dikejauhan kita
bisa melihat bangunan Agra Fort. Tepatnya bagian dimana terletak Jasmine Tower
tempat Shah Jahan dipenjara dan menghabiskan sisa hidupnya. Sanjay-saab
menunjukkan ke tanah kosong diseberang sungai, hampir dalam garis lurus dengan
Taj. Menurut Sanjay-saab diperkirakan itu adalah bekas situs dimana Shah Jahan
akan membangun Black Taj. Konon sebagai mosleum serba hitam terbuat dari Marmer
Hitam, untuk dirinya sendiri. Akan tetapi nasib menentukan lain. Ia dimakamkan
disamping istri tercinta Mum Taz Mahal.
Menurut Sanjay-saaab Shah Jahan sendiri pernah
menggambarkan Taj Mahal. Berikut terjemahan bebas dari saya: “Apabila seorang
yang bersalah mencari perlindungan disini, ia akan diberikan pengampunan dan
diampuni dosanya. Jika seorang pendosa menemukan jalannya masuk kesini, maka semua
dosa-dosa masa lalunya akan tercuci bersih. Istana ini memancarkan rasa
kesedihan nan mendalam, bahkan matahari dan bulan pun meneteskan air mata
karenanya. Sebuah bangunan yang memperlihatkan kita keindahan sang Pencipta
yang telah tercipta di dunia ini”
Dikarenakan waktu terbatas maka kami
tidak mendatangi bagian-bagian lain dari Taj Mahal seperti dua bangunan kembar
yang berdiri dengan posisi simetris di kedua sisi kanan-kiri bangunan utama.
Salah satunya adalah Mesjid dan satunya lagi digunakan sebagai museum. Kami berjalan perlahan meninggalkan Taj
sambil sekali-sekali menengok kebelakang memandangnya. Standing so
magnificent and shines so brilliantly in all her glory. Yet so sad and dark
saga behind her.
Agra Fort
Kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Agra Fort.
Sebuah kompleks bangunan Istana yang sangat luas yang dibangun sebagai benteng.
Sering disebut sebagai Kota dibalik Tembok. Dipagari tembok setinggi 20 meter, berwarna
merah terbuat dari Red Sand stone mengelilingi sepanjang 2.5Km bagian luar,
benteng berbentuk mirip telinga ini. Luas keseluruhan Agra Fort 380 ribu meter
persegi. Dibagian dalam terdapat satu lapis lagi dinding tembok kedua dan
tembok ke tiga. Diantara tembok-tembok terdapat jalan yang mengelilingi. Bagian
luar Benteng juga dikelilingi oleh parit lebar yang konon jaman dahulu dipenuhi
oleh Buaya-buaya besar untuk mencegah musuh menyebrang masuk. Disekeliling
tembok terluar maupun dalam banyak lubang-lubang tempat para pemanah, penembak
jitu dan lubang Meriam untuk pertahanan. Bahkan sebagian dari lubang-lubang itu
dipergunakan untuk menyiram musuh dengan minyak panas. Bangunan Benteng ini
awalnya adalah milik Raja Badal Singh Sikarwar yag diambil alih oleh Sikandar
Lodi (1488-1517). Ia menjadi Sultan Delhi yang pertama memindahkan ibukotanya
ke Agra dan tinggal di Agra Fort.
Raja Babur kakek dari Shahenshah Akbar mengalahkan
Ibrahim Lodi pada pertempuran Panipat tahun 1526 merebut dan menjadikan benteng
ini tempat tinggalnya, serta menambah bangunan-bangunan lainnya. Seperti Kakek
dan Ayahnya Shahenshah Akbar pun bertahta disini. Letaknya yang dekat dengan
Sungai Yamuna juga membuat Agra Fort mempunyai peran penting dan menjadi pusat
kekuasaan Kekaisaran Mughal. Bangunan-bangunan istana yang kita lihat sekarang
ini ditambahkan oleh Shah Jahan. Tentara India sampai sekarang masih
menggunakan bagian utara dari Benteng ini sebagai markas Brigade Penerjun
Payung oleh karenanya Gerbang Delhi yang
terkenal itu tak bisa dilewati oleh umum. Turis masuk lewat Gerbang Amar Singh
(sebelum diganti oleh penguasa Inggris dahulu bernama Gerbang Akbar).
Kami berjalan memasuki jembatan yang membawa kami ke
lapisan kedua tembok benteng kemudian melewati semacam gang yang lalu membawa
kebagian dari tembok ketiga. Baru kemudian kita melihat lapangan luas. Di Agra
Fort juga ada bangunan yang memiliki nama dan fungsi seperti di Fatehpur Sikri,
yaitu Diwan I Am (Balai Pertemuan Rakya) bangunan yang berdinding luar berwarna
putih dan dikelilingi ‘pointed arch’ (lengkung berujung lancip). Juga memiliki
bangunan Diwan-i-Khas dimana para Kaisar menerima tamu-tamu negara. Karena
waktu kami terbatas kami langsung berjalan menuju kebagian istana yang
merupakan kompleks tempat para Ratu dan wanita kerajaan tinggal. Dibangun oleh
Shah Jahan (1631-40), 'Khas Mahal' atau dikenal juga dengan 'Aramgah-i-Muqaddar', diperuntukan dua putri
kesayangannya Jahanara and Roshanara. Dahulu konon di taman ini terdapat kolam
dan air mancur yang indah Dibelakang taman berdiri sebuah bangunan yang terbuat
dari marmer putih.
Musamman (Saman) Burj atau Jasmine Tower
Dari Khas Mahal kita terus diajak berjalan kesampingnya
dan menaiki anak tangga ke lantai atas dimana terletak bagian bangunan yang disebut
dengan nama Saman Burj/ Jasmine Tower. Bangunan ini berbentuk oktagonal dihias
penuh ‘inlay’ dan marmer putih bermotif bunga-bunga dan memiliki kubah marmer. Sanjay-saab
menerangkan dahulu dibangun Shah Jahan sebagai kediaman pribadi Mum Taz Mahal. Bangunan menara ini memiliki
pemandangan indah ke Sungai Yamuna.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya Shah Jahan dipenjara
oleh Putra nya yang bernama Aurangzeb di Jasmine Tower. Shah Jahan diasingkan bersama putri kesayangannya yang bernama Jahanara
Begum. Ia mengalami depresi berat karena kesedihan yang mendalam sejak kematian
istri tercintanya. Tak henti ia memandangi keluar jendela kearah Taj Mahal yang
berdiri megah disisi seberang Sungai Yamuna.
Jahangiri Mahal
Dari Jasmine Tower kami turun dan mengarah keluar
benteng dan melewati bagian depan dari The Mahal yang dikhususkan sebagai istana
para wanita bangsawan (Zenana). Menurut cerita Sanjay-saab istana ini
diperuntukan istri-istri Shahenshah Akbar yang berasal dari Rajpur. Bangunan
yang terbuat dari Red sandtone ini adalah perpaduan arsitektur Hindu dan Asia
Tengah. Dibangun oleh Shahenshah Akbar sebagai tanda cinta kasihnya atas putra
mahkotanya Jahangir (Salim). Permaisurinya dari Kaisar Jahangir yang bergelar Nur
Jahan berkediaman resmi disini.
Di dalam benteng ini diperkirakan terdapat 500
bangunan besar & kecil yang dibangun dengan pengaruh arsitektur Bengal dan
Gujarat. Namun sebagian dibongkar oleh Shah Jahan dan diganti menjadi bagian
istana dengan batu marmer putih.
Kami pun akhirnya keluar dari Agra Fort berdiri
diujung jembatan benteng dan menanti datangnya mobil. Kunjungan ke Agra Fort relatif singkat karena
dikejar waktu. Tak mau ambil resiko ketinggal pesawat, kami memutuskan sudah harus
berada di Bandara Indira Gandhi, New Delhi 3 jam sebelum waktu boarding.
A Glimpse of New Delhi
Kendaran kami memasuki wilayah Greater Noida dekat
luar kota New Delhi. Akhirnya kami bisa juga melihat pemandangan dalam kota New
Delhi walapun itu malam hari. Minggu malam itu lalu lintas Newe Delhi padat.
Pak Sopir kami Sanjay Gupta-saab menghubungi mobil satu lagi yang membawa
koper-koper kami. Mereka koordinasi alamat tempat kita akan berkunjung malam
ini. Masih ada satu lagi kunjungan wajib yang akan kami lakukan. Sekitar jam 18:30, setelah melewati kepadatan
dan kemacetan lalul-lintas dibantu oleh Google map, kami pun sampai di tujuan. Kedutaan
Besar Rep. Indonesia terletak di Kautilya Marg, Chanakyapuri, New Delhi. Betapa
senangnya akhirnya bisa bertemu langsung dengan Bapak dan Ibu Dubes RI. Selama
ini saya sering ngobrol dengan Ibu lewat Whatsapp atau facebook. Kami pun
disambut penuh kearamahan bahkan sempat makan malam sambil ngobrol-ngobrol
ringan tentang wisata di India. Kami bahkan sempat menyegarkan diri dan
re-packing beberapa oleh-oleh yang kami beli di Agra tadi siang. Karena jarak
yang tak begitu jauh dan lalu lintas sudah mencair maka kami baru berangkat ke
bandara sekitar jam 21:00.
Au Revoir India
Tiba di Indira Gandhi International Airport langsung
chek in dan jalan-jalan di dalam bandara cari oleh-oleh yang masih kurang.
Maklum kami tak banyak kesempatan belanja oleh-oleh selama di Agra karena jadwal
yang padat. Kira-kira jam 1 pagi pesawat kami lepas landas meninggalkan India.
Sekali lagi saya memandang keluar jendela pesawat. Kali ini kabut sudah mereda di
New Delhi sehingga saya bisa menikmati kerlip cahaya perkotaan dibawah.
Rasa keingin-tahuan kami untuk masih belum terpuaskan
karena tak sempat mengunjungi bagian lain dari kompleks Fatehpur Sikri. Sama
hal dengan Fatehpur Sikri yang memberikan suatu perasaan yang sulit digambarkan
dengan kata-kata maka Taj Mahal pun meninggal kesan yang sama besarnya. Adalah sebuah kehormatan dan anugrah besar bagi
saya pribadi jika bisa menapakan kaki, menikmati keindahan dan kemegahan sebuah
bangunan bersejarah. Semoga masih bisa
kembali lagi ke Agra dan kota-kota penuh sejarah lainnya seperti Udaipur dan
Jodhpur.
Good bye India. Sukriya Agra for introducing me to
your enchanting Fatehpur Sikri and magnificent Taj. I pray and hope to visit
you again soon. Namaste.